NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
Ki Hajar Dewantara menyampaikan pemikirannya bahwa pendidikan adalah persemaian benih-benih kebudayaan di dalam masyarakat kebangsaan. Peradaban dan kebudayaan di bumi Nusantara perlu dirawat agar tumbuh dengan sebaik-baiknya dan kita wariskan kepada anak cucu kita. Nilai-nilai diri seorang Guru, sangat terkait dengan penumbuhan dan pelestarian budaya positif. Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter. Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Oleh karena itu, sebagai Guru Penggerak , saya merasa ditantang untuk bergerak cepat memberikan filter yang baik pada anak didik saya agar mampu bertahan di tengah arus globalisasi.
Saat ini kita sedang mengalami fenomena pandemi COVID-19 yang tentu saja juga berdampak pada dunia pendidikan. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya. Sekaligus juga orang tua tak bisa mengelak untuk berperan dalam pendidikan anak dari rumah. Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan. Dengan mempertimbangkan keterkaitan hubungan yang sangat kompleks tersebut, maka sebagai seorang Guru, mau tidak mau harus melihat kembali apakah nilai-nilai dirinya telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.
Nilai-nilai diri yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh seorang Guru Penggerak adalah nilai mandiri, kreatif,kolaboratif dan berpihak pada anak. Diharapkan jika nilai-nilai ini mampu dikembangkan dengan baik dalam diri guru, maka akan mudah ditransfer dan ditanamkan dalam diri murid sehingga menimbulkan motinvasi intrinsik dalam dirinya untuk menjadi murid merdeka dan pembelajar sepanjang hayat. Untuk itu maka, saya bersama dengan Komunitas belajar di sekolah kami, merancang aksi nyata berupa kegiatan refleksi diri dan mendesain pembelajaran yang berpihak pada anak dan berkolaborasi dengan orang tua murid melalui grup wa orang tua.
Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan adalah bahwa teman-teman guru dalam komunitas belajar sudah mulai mengubah pola pikir dan tindakan mereka dalam pembelajaran di kelas yang mulai memberikan ruang gerak kepada murid untuk terlibat dalam proses pembelajaran mereka dan komunikasi dengan orang tua terkait perkembangan belajar murid lebih intensif lagi.
Foto : Aktivitas Belajar di Kelas Merdeka (Murid diberi ruang untuk terlibat dalam pembelajaran di kelas)
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan aksi nyata yang saya lakukan adalah bahwa untuk menjadi seorang Guru Penggerak, tidak cukup hanya mampu mengembangkan diri, tetapi juga memiliki kewajiban untuk mengembangkan orang lain. Disamping itu seorang Guru Penggerak harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang berorientasi pada anak didik dan juga mampu menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri anak didik untuk menjadi murid merdeka dan pembelajar sepanjang hayat. Sementara ini saya belum mengalami kegagalan dalam aksi nyata yang saya lakukan.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang adalah mengoptimalkan Komunitas belajar Guru Merdeka di sekolah agar menjadi pioner gerakan merdeka belajar di sekolah dan sekaligus mendampingi guru lain untuk melakukan perubahan dan bergerak bersama melaksanakan merdeka belajar di sekolah dan kelas masing-masing. Sekaligus meningkatkan kolaborasi yang positif dengan orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar