Kamis, 03 Desember 2020

AKSI NYATA MODUL 1.2. NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

                                                      

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 

Ki Hajar Dewantara menyampaikan pemikirannya bahwa pendidikan adalah persemaian benih-benih kebudayaan di dalam masyarakat kebangsaan. Peradaban dan kebudayaan di bumi Nusantara perlu dirawat agar tumbuh dengan sebaik-baiknya dan kita wariskan kepada anak cucu kita. Nilai-nilai diri seorang Guru, sangat terkait dengan penumbuhan dan pelestarian budaya positif. Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter. Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Oleh karena itu, sebagai Guru Penggerak , saya merasa ditantang untuk bergerak cepat memberikan filter yang baik pada anak didik saya agar mampu bertahan di tengah arus globalisasi.

Saat ini kita sedang mengalami fenomena pandemi COVID-19 yang tentu saja juga berdampak pada dunia pendidikan. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya. Sekaligus juga orang tua tak bisa mengelak untuk berperan dalam pendidikan anak dari rumah. Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan. Dengan mempertimbangkan keterkaitan hubungan yang sangat kompleks tersebut, maka sebagai seorang Guru, mau tidak mau harus melihat kembali apakah nilai-nilai dirinya telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.

Nilai-nilai diri yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh seorang Guru Penggerak adalah nilai mandiri, kreatif,kolaboratif dan berpihak pada anak. Diharapkan jika nilai-nilai ini mampu dikembangkan dengan baik dalam diri guru, maka akan mudah ditransfer dan ditanamkan dalam diri murid sehingga menimbulkan motinvasi intrinsik dalam dirinya untuk menjadi murid merdeka dan pembelajar sepanjang hayat. Untuk itu maka, saya bersama dengan Komunitas belajar di sekolah kami, merancang aksi nyata berupa kegiatan refleksi diri dan mendesain pembelajaran yang berpihak pada anak dan berkolaborasi dengan orang tua murid melalui grup wa orang tua.

Foto : Kegiatan Komunitas Belajar Guru Merdeka Syuradikara pada
Sesi Refleksi dan berbagi pengalaman di kelas dihadiri oleh
Pimpinan sekolah (Pater Stefanus Sabon Aran, SVD,M.Pd)

Aksi Nyata diatas telah kami lakukan bersama Komunitas Belajar Guru Merdeka Syuradikara sejak tanggal 23 Oktober 2020 pada Sesi belajar 1 yang diisi dengan Refleksi diri guru dan eksistensi diri sebagai guru di SMAK Syuradikara selama ini. Berdasarkan hasil refleksi , kami sepakat untuk melakukan uji coba pembelajaran yang berpusat pada anak sesuai visi Merdeka belajar di kelas masing-masing mulai tanggal 26 Oktober 2020 dan seterusnya. Tanggal 6 November 2020 kami bertemu lagi secara virtual melalui Google meet yang dihadiri Kepala Sekolah di Sesi belajar 2 untuk berdiskusi membahas temuan-temuan selama uji coba merdeka belajar di kelas masing-masing. Berdasarkan hasil diskusi, kami bersama Kepala Sekolah sepakat untuk melakukan aksi nyata yang ke 3 yaitu mendesain ulang rencana pembelajaran atau mengubah teaching scenario agar lebih adaptif lagi dengan konsep merdeka belajar dan jadwal tatap muka terbatas bersama murid di tengah pandemi covid 19. Untuk itu maka pada tanggal 13 November 2020 kami adakan kembali sesi belajar 3 yang membahas lebih dalam lagi tentang implementasi merdeka belajar di kelas, pembelajaran bermakna, desain teaching scenario dan kaitannya dengan AKM (Assesmen Kompetensi Minimal). Berdasarkan hasil diskusi , disepakati untuk menggunakan teaching scenario pembelajaran aktif dan bermakna menggunakan model PBL (Problem Based Learning), Project Based Learning dan Discovery/inquiry dengan metode yang lebih bervariasi. Assesmen yang disepakati bersifat holistik dan divergen sesuai kebutuhan dan bakat/minat para murid.

Foto : Aktivitas Berbagi Pengalaman Mengajar di kela
Komunitas Belajar Guru Merdeka SMAK Syuradikara Ende

 Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan adalah bahwa teman-teman guru dalam komunitas belajar sudah mulai mengubah pola pikir dan tindakan mereka dalam pembelajaran di kelas yang mulai memberikan ruang gerak kepada murid untuk terlibat dalam proses pembelajaran mereka dan komunikasi dengan orang tua terkait perkembangan belajar murid lebih intensif lagi.

                                                Foto : Aktivitas Belajar di Kelas Merdeka                                                                                     (Murid diberi ruang untuk terlibat dalam pembelajaran di kelas)

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan aksi nyata yang saya lakukan adalah bahwa untuk menjadi seorang Guru Penggerak, tidak cukup hanya mampu mengembangkan diri, tetapi juga memiliki kewajiban untuk mengembangkan orang lain. Disamping itu seorang Guru Penggerak harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang berorientasi pada anak didik dan juga mampu menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri anak didik untuk menjadi murid merdeka dan pembelajar sepanjang hayat. Sementara ini saya belum mengalami kegagalan dalam aksi nyata yang saya lakukan.

Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang adalah mengoptimalkan Komunitas belajar Guru Merdeka di sekolah agar menjadi pioner gerakan merdeka belajar di sekolah dan sekaligus mendampingi guru lain untuk melakukan perubahan dan bergerak bersama melaksanakan merdeka belajar di sekolah dan kelas masing-masing. Sekaligus meningkatkan kolaborasi yang positif dengan orang tua. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar