Kamis, 30 Juni 2022

 Koneksi Antar Materi : PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

(Pembekalan Pengajar Praktik Angkatan 6 Pendidikan Guru Penggerak)


                                                Ket. : Foto bersama anak wali kelas XII IPA 1

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Untuk mencapai kebudayaan /peradaban bangsa, pendidikan adalah jalannya. Inti dari filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah perubahan. Kebudayaan harus terus bergerak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan pun juga demikian . Keberagaman kebudayaan menjadi kekayaan dan kekuatan identitas bangsa. Nilai-nilai kemanusiaan menjadi essensi dari kebudayaan dan pendidikan. peserta didik itu unik dan beragam ibarat planet-planet tata surya yang berputar di orbit sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Relevasi Filosofi pendidikan KHD dengan pendidikan di Indonesia adalah perubahan . 3 kerangka perubahan (kodrat alam-zaman, prinsip (asas TRIKON: kontinuitas,konvergensi,konsentris),budi pekerti (cipta-rasa-karsa-olah raga)). Semua proses harus berorientasi pada anak.

Adapun maksud Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara  yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Setiap anak memiliki "dasar jiwa" sendiri . Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi2 bagian : Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, yakni bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh Pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti memanusiakan manusia. 

Ide pendirian Taman siswa oleh Ki Hajar Dewantara diilhami oleh pemikiran dari 2 tokoh pendidikan Eropa yakni Frobel dan Montessori. Metode pendidikan kedua tokoh ini sama -sama mencari jalan lahir untuk mendidik batin. Berukut perbedaannya : Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan. Frobel juga menjadikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak-anak, kegembiraan anak. Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran paca indra dan permainan itu tidak dipisah.

Pendidikan yang memerdekakan mengandung arti proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat tanpa paksaan . Tujuan utama dari pendidikan yang memerdekakan adalah untuk menghasilkan Profil Pelajar Pancasila dan menjadi pembelajar sepangang hayat. Profil Pelajar Pancasila terdiri dari 6 dimensi yaitu : Beriman-Bertakwa & Berakhlak mulia, Mandiri, Bernalar Kritis,Kreatif,Bergotong-royong dan Berkebhinekaan Global. Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai yang dijabarkan. Peran pendidik yang pertama dalam terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Ketika seorang pendidik mencoba menjalankan profil ini, maka akan lebih mudah bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan ini pastinya akan dilihat dan kemudian dipelajari oleh para murid.

Berikut adalah beberapa pikiran yang perlu ditanamkan terkait pendidikan yang memerdekakan adalah ;

  1. Pendidik berperan sebagai pamong yang menuntun tumbuh kembang anak didik sesuai kodratnya
  2. Anak didik adalah pribadi yang unik dan mempercayakan dirinya untuk dididik menuju keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat tanpa paksaan.
  3. Setiap anak memiliki dasar jiwa dan kehendaknya sendiri yang tentu saja akan menuntun dia untuk memilih cara belajar yang sesuai dengan kebutuhannya tanpa adanya tekanan .
  4. Setiap anak membutuhkan ruang untuk tumbuh dan kembang sesuai dengan kodratnya , mereka butuh ruang untuk bebas melakukan ekspolrasi dan menggali segenap kekuatan dan potensi yang ada dalam dirinya.
  5. Anak didik dapat diajak untuk berdialog dan mengambil keputusan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tidak hanya di dalam kelas saja, tetapi bisa juga lakukan pembelajaran di luar kelas, lingkungan alam di sekitar sekolah  atau mengundang praktisi/orang yang ahli untuk menolong mereka menemukan potensi dasar diri mereka seutuhnya.
  6. Orang tua dapat diajak untuk berkolaborasi bersama mendidik dan membesarkan anak menjadi manusia yang mandiri dan memiliki daya tahan untuk menghadapi tantangan hidup di zamannya.

Praktik pembelajaran yang bisa dikembangkan di sekolah terkait Pendidikan yang memerdekakan adalah  :

  1. Melakukan pembelajaran berbasis lingkungan hidup : Anak didik dapat belajar langsung di alam lingkungan disekitarnya dan dituntun untuk bisa menjaga keutuhan ciptaan Tuhan dengan melakukan upaya-upanya penyelamatan lingkungan dan gaya hidup yang berkelanjutan.
  2. Bermain adalah belajar untuk membangun suasana belajar yang lebihh menyenangkan dan menantang anak didik untuk berpikir dan bernalar kritis.
  3. Melakukan pola pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap anak didik yang memiliki keunikan dan kehendak yang berbeda dalam proses
  4. Melakukan pola pembelajaran sosial emosional dimana anak didik diajak untuk melakukan kontemplasi, eksplorasi dan refleksi .
  5. Sekolah menjadi fasilitator penghubung bagi anak didik dengan dunia nyatanya dengan melakukan pola pembelajaran berbasis proyek untuk melatih kemandirian, melatih kemampuan berkolaborasi dengan mengerjakan proyek secara berkelompok.
  6. Melakukan pola pendidikan yang humanis untuk mengembalikan pendidikan sebagai tempat persemaian dari benih-benih kebudayaan yang berporos pada nilai-nilai kemanusiaan.
  7. Melakukan pembelajaran yang demokratis menjunjung tinggi kesetaraan tanpa paksaan. Anak didik diajak berdialog dan memutuskan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
  8. Diakhir setiap pembelajaran setiap anak dapat menghasilkan produk/karya sesuai pilihannya